Puisi
ia berjalan dengan sebatang lilin
(Cahaya lilin itu nisbah bagi nyawa/api kehidupan)
dari teluk ke tanjung
(dari jasad kepada nyawa)
dari tanjung ke muara
(dari nyawa kepada roh)
dari muara
kini di tengah gelombang
(dari roh kepada haba yang menghijab)
dengan lilin sebatang
(dengan nyawa bermulanya pergerakan)
kelip mengelip di hitam malam
(berada di dalam jasad)
kejam hitam angin meniupnya.
(Terbawa2 dengan nafsu dunia)
ia mara, mara jua
(perjalanan kena terus)
sumbu lilin masih menyala.
(kerana hidup masih berterusan)
di jantungnya
(di hatinya)
terpacak keyakinan jantan
(iman terpasak kukuh)
ombak
duri
api
di tempuh berani
(mujahadah itu amat berat...)
dengan lilin sebatang
(hidup masih berlanjutan)
berjalan ia menuju pagi.
(menuju kepada hidup hakiki)
(1970)
Wallahua'lam
Lambang yang digunakan penulis dalam sajak tadi amat baik. Menyentuh kalbu.
Teringat pula hamba kepada Puisi Khairil Anuar (Chairil Anuar)
Doa
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
Cahayamu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
~Chairil Anwar
13 November 1943
~kepada pemeluk teguh
Kalau nak dengar lebih indah download lagu "Doa" oleh Zubir Ali tapi ada sedikit perubahan kata dari sajak asal penulis.
No comments:
Post a Comment