Saturday, July 31, 2010

Allah berseru pada hamba-Nya,

“Hendaklah engkau bekerja tanpa melihat pekerjaan itu!

Hendaklah engkau bersedekah tanpa memandang sedekah itu!

Engkau melihat kepada amal perbuatanmu, walau baik sekalipun, tak layak bagi-Ku untuk memandangnya. Maka janganlah engkau masuk kepada-Ku besertanya!

Sesungguhnya, jika engkau mendatangi-Ku berbekal amal perbuatanmu, maka akan Aku sambut dengan penagihan dan perhitungan. Jika engkau mendatangi-Ku berbekal ilmu, maka akan Aku sambut dengan tuntutan! Dan jika engkau mendatangi-Ku dengan ma’rifat, maka sambutan-Ku adalah hujjah, padahal hujjah-Ku pastilah tak terkalahkan.

Hendaklah engkau singkirkan ikhtiar (ikut mengatur dan menentukan kehendak-Nya untuk dirimu—red), pasti akan aku singkirkan darimu tuntutan. Hendaklah engkau tanggalkan ilmumu, amalmu, ma’rifat-mu, sifatmu dan asma (nama) mu dan segala yang ada (ketika mendatangi-Ku), supaya engkau bertemu dengan Aku seorang diri.

Bila engkau menemui-Ku, dan masih ada diantara Aku dan engkau salah satu dari hal-hal itu, —padahal Aku-lah yang menciptakan semua itu, dan telah Aku singkirkan semua itu darimu karena cinta-Ku untuk mendekat kepadamu, sehingga janganlah membawa semua itu ketika mendatangi-Ku—, jika masih saja engkau demikian, maka tiada lagi kebaikanmu yang tersisa darimu.

Kalau saja engkau mengetahui, ketika engkau memasuki-Ku, pastilah engkau bahkan akan memisahkan diri dari para malaikat, sekalipun mereka semua saling bahu-membahu untuk membantumu, karena keraguanmu itu (bahwa ada penolongmu dihadapan-Nya selain Dia—red.), maka hendaklah jangan ada lagi penolong selain Aku.

Jangan pernah engkau melangkah ke luar rumah tanpa mengharap keridhaan-Ku, sebab Aku-lah yang menunggumu (di luar rumah—red.) untuk menjadi penuntunmu.

Temuilah Aku dalam kesendirianmu, sekali atau dua kali setelah engkau menyelesaikah shalatmu, niscaya akan Aku jaga engkau di siang dan malam harimu, akan Aku jaga pula hatimu, akan Aku jaga pula urusanmu, dan juga keteguhan kehendakmu.

Tahukah engkau bagaimana caranya engkau datang menemui-Ku seorang diri? Hendaknya engkau menyaksikan bahwa sampainya hidayah-Ku kepadamu adalah karena kepemurahan-Ku. Bukan amalmu yang menyebabkan engkau menerima ampunan-Ku, bukan pula ilmumu.

Kembalikan pada-Ku buku-buku ilmu pengetahuanmu, pulangkan pada-Ku catatan-catatan amalmu, niscaya akan aku buka dengan kedua tangan-Ku, Kubuat ia berbuah dengan pemberkatan-Ku, dan akan kulebihkan semuanya itu karena kepemurahan-Ku.”

(Dari kitab ‘Al-Mawaqif wal Mukhtabat’, Imam An-Nifari, dengan beberapa kalimat yang diperbaiki tata bahasanya.)

Sumber

Ahadiah

Saya cuba memahami hakikat tersebut dan telah melayari pelbagai website dan blog, memungut maklumat dan huraian semoga dapat menambah kefahaman dan membina dapatan yang yang boleh memberi makna kepada penulis sendiri sejelas-jelasnya. Secara amnya martabat tujuh dipelopori oleh golongan sufi yang sampai ke takah wahdatul wujud. Takah tertinggi bagi ahli sufi.

Wahdatulwujud secara umum.

Hamka mengemukakan bahwa faham Wahddatul Al-Wujud yang melahirkan ajaran Martabat Tujuh muncul karena tak dibedakan atau dipisahkan antara asyik dengan masyuknya. Dan apabila ke-Ilahi-an telah menjelma di badan dirinya, maka tidaklah kehendak dirinya yang berlaku, melainkan kehendak Allah.

Dr. Simuh pun kembali menambahkan, dalam ajaran martabat tujuh, Tuhan menampakkan DiriNya setelah bertajjali dalam tujuh di mana ketujuh tingkatan tersebut dibagi dalam dua wujud. Yakni tiga aspek batin dan empat aspek lahir. “Tiga aspek batin terdiri dari Martabat Ahadiyah (kesatuan mutlak), Martabat Wahdah (kesatuan yang mengandung kejamakan secara ijmal keseluruhan), dan Martabat Wahadiyah (kesatuan dalam kejamakan secara terperinci dan batas-batas setiap sesuatu). Sedangkan aspek lahir terdiri Alam Arwah (alam nyawa dalam wujud jamak), Alam Mitsal (kesatuan dalam kejamakan secara ijmal), Alam Ajsam (alam segala tubuh, kesatuan dalam kejamakan secara terperinci dan batas-batasnya) dan Insan Kamil (bentuk kesempurnaan manusia).

Martabat berarti tingkatan. Dalam ajaran tasawuf seorang yang ingin mencari Tuhannya, harus melalui tingkatan-tingkatan, inilah yang disebut Martabat. Tingkatan-tingkatan ini tidak selalu berjumlah tujuh. Tergantung kepada aliran taswuf itu sendiri. Ada yang 7 ada yang lebih dari 7. Tujuh martabat yang harus dilalui oleh seorang sufi adalah : lembah pencarian (talab), cinta ('isyq), makrifat (ma'rifah), kepuasan hati (istighna'), keesaan (tawhid), ketakjuban (hayrat), kefakiran (faqr) dan inklusif (fana').

Sumber:

Martabat Pertama:

Martabat pertama adalah Martabat Ahadiyah yang diungkapkan sebagai Martabat Lata’ayyun, atau al-Ama (tingkatan yang tidak diketahui). Disebut juga Al-Tanazzulat li ‘l-Dhat (dari alam kegelapan menuju alam terang), al-Bath (alam murni), al-Dhat (alam zat), al-Lahut (alam ketuhanan), al-Sirf (alam keutamaan), al-Dhat al-Mutlaq (zat kemutlakan), al-Bayad al-Mutlaq (kesucian yang mutlak), Kunh al-Dhat (asal terbuntuknya zat), Makiyyah al-Makiyyah (inti dari segala zat), Majhul al N’at (zat yang tak dapat disifati), Ghayb al Ghuyub (gaib dari segala yang gaib), Wujud al-Mahad (wujud yang mutlak).

Sumber:
http://jalantrabas.blogspot.com/2008/09/tentang-martabat-tujuh.html

Wednesday, July 28, 2010

Ilmu dan Cinta

Ketidakramahan dari orang bijak lebih baik daripada kebaikan hati orang bodoh.

Nabi berkata, “Kebencian dari kearifan lebih baik daripada rasa cinta yang datang dari orang bodoh.”


Dengan cinta, pahit menjadi manis

Dengan cinta, tembaga menjadi emas

Dengan cinta, sampah menjadi jernih

Dengan cinta, yang mati menjadi hidup

Dengan cinta, raja menjadi budak

Dari ilmu, cinta dapat tumbuh.

Pernahkah kebodohan menempatkan orang di atas tahta begini?

-Jalaluddin Rumi

Syair Martabat Tujuh

Apabila kemudian dengarkan disini hai yang menuntut haqq
wujud itulah yang mutlak, wujud yang mutlak
wujud itulah `ainu `l-haqq
tiada mongering dia ada nya mutlak

wujud itulah yang bernama tanzih
adanya munazzah daripada sekalian tasbih
itu tiada berubah daripada tanzih
……..
wujud itulah martabat layak
menyatakan dirinya dgn rupa yang banyak
dengan hambanye netiasa ia jinak
seketika jua adapun tiada ia jarak (ertinya tiada bercerai)

Wujud itulah martabat kathir
Tanzihnya lagi kepada `alam saghir dan kabir
Disana sanalah rajul amin dan wazir
Dan segala ghani dan faqir

Dan wujud itulah martabatnya alami
Ada munazzah daripada sekaliatn sifat peri
Daripada enam jahat pun ia khali (tiada p.s.h?)
Wa huwa`l-ana kama kanapun demikian lagi

Pertama-tama wujud wujud itu bernama ahadiyat
Di sana sifat sekalian `ibarat (tiada tersebut)
Disana sifat ada asma`iyat
Itulah martabat haqiqat dzat

Ibarat dan syarat pun tiada disana
Hanya munazzah juga semata
Adanya itlaq dan taqayyud tiada
Sertanya hanya ia juga

Kedua mertabat wujud itu bernama wahda
Itulah haqiqat Muhammad nyata
Yang pertama di dalam uluhiyah
…………
Sekalian wujud dhatpun sama
Atas jalan ajmal juga dikata
Hendaklah kau ketahui haqiqat kata
Pikirkan nyata(-Nyata)

Ketiga martabat wujud itu bernama wahidiyah
Itulah recana wahdat haqiqat insaniyah
Disanalah nyata ma`lum di dalam `ilmiah
Atas jalan bernama taghtiyah

Maratabat wujud itu ketiganya qadim
Tiada mengetahui dia melainkan yang berhati salim
Banyaklah membantah dia segala `alim
Dan hakim mengatakan ma`lum qadim
(martabat wahidiyah tiada qadim)

keempat martabat wujud bernama arwah
itulah recana (ka nur fi`l-misbah)
dan itu menerangkan segala arwah
seperti (dzulmatu `l-lail) diterangkan nuru `l-misbah

arwah itulah yang mengerakkan sekalian badan
adanya seperti dengan sifat tuhan (kita)
tiada ia minum tiada ia makan
lagi adanya (mujarrad) tiada dapat disekutukan

arwah itulah martabat `aliyun
sungguh pua ia dibawah kun fayakun
lagipun tiada melihat dia sekalian `ainun
tiada siapa mendapat dia melainkan `alimun

kelima mertabat wujud itu bernama `alam mithal
itulah recana daripada zillu `l-jalal wa `l-jamal
ialah rupa `alam s.`i.y.y (?)
bayang bayang kebesaran dan keelokan seperti sekalian tafsil dan jamal

`alam mithal itulah sudah tersalin
seperti didalam ma`lumat yang lagi bathin
………benar hurufnya salin
itulah rupa sekalian nin

`alam mithal itulah terlalu syarif
bangsa kenyataan tuhan yang bernama latif
adanya merakkab kepada latif dan kathif
kasih kepada sekalian (qawi)(kemulian) dan dha`if

keenam mertabat wujud itu bernama `alam ajsam
itulah recana daripada wujud khas dan `amm
sekalian itulah seperti tamam
daripada faidhani `l-jalal wa `l-karam

ajsam itulah tubuh yang kathif
ada dalamnya terbunyi wujud yang latif
disanalah nyata qawi dan dha`if
daripada sekaliannya hina hainuna dan sarif

ketujuh martabat wujud itu mengimpunkan segala rawatib
itulah insane terlalu ghalib
wahdah dan wahidiyah disana wajib
nurani dan jasmani terlalu `aja`ib

Insan itulah kesudah sudahan azali
Ialah kenyataan tuhan bernama ilahi
Lagipun ia bernama wujud idhafi
Beroleh pakaian daripada wujud haqiqi

Insan itulah yang bernama kamaliah
Tempatnya menzahirkan sifat asma`iyah
Ialah kenyataan awal dan akhir
Dan kenyataan batin dan dzahir

Adam itulah bapa insane
Kenyataan (huwa) tuhan padanya terlalu `iyan (yg Benar)
Sabda rasullullah terlalu bayan
Inna`llaha kha(la)qa adama `ala surati`l-rahman
(artinya allah taala menjadikan esa rupa yang murah

insan itulah kenyataan subhan
dzahirnya esa terlalu bayan (terlalu Rahsia)
ma dzahartu fi syai`in itulah firman
ka dzuhuri fi `l-insan terlalu iyan (yg Benar)

itulah bernama alam kabir
sungguhpun dilihat orang saghir
terhimpun dalamnya sekalian nadhir
tiada mengetahui dia segala yang kafir
(melainkan segala ahli `l-basir)

insane itulah terlalu indah
dari kerana ia kenyataan `a-yan thabitah
daripada nyata sekalian perintah
daripada tempatnya tiada ia berpindah

insane itulah terlalu mulia
oleh kerana ia bernama rahsia
itulah tempatnya yang amat mulia
ialah haqiqat sebenarlah manusia

seperti firman allah al-insanu sirri wa ana-sir uhu
lagipun sabda nabi man arafa nafsahu
bahwa sesungguhnya faqad ` arafa rabbahu
kata arif yang sempurna tahu

Wa kana `illahu wa la syai(un) ma`ahu
Tiada disana serta ghairahu
Hanya adanya semata wahdahu (?)
Itulah ma`rifat yang sempurna tahu

Heninglah laut semata mata
Hapuslah rupa segala yang nyata
Pendeklah hendak disana kata
Melainkan hairan pejamkan mata.


Wa`llahu a`lam bi`l-sawab. Tammat kitab al-harakah fi yaum al-thalathata……

Amatullah itulah nama nye,
nur Muhammad menjaga sifat
Allah pula menjaga Dzat

Alif itu tidak berhuruf, punya kuasa yg amat besar.

posted by BuKiT MaRaK at 3:48 A

Sumber : http://suaramuslim.blogspot.com/2010/02/syair-martabat-tujuh.html

Tuesday, July 27, 2010

Ibu segala Kegelapan

Adapun ibu segala kegelapan adalah:-
Cinta Dunia

Unsur-unsur kegelapan

-Takbur dengan apa yang dimiliki seperti pangkat,harta,rupa,kekuatan,keturunan,pemgaruh,ilmu dan ibadah.
-Rendah diri dengan kemiskinan dan kekurangan
-Merasa hina bila berhadapan dengan orang kaya dan berpangkat.
-Tamak sehingga merasa tidak mencukupi.
-Dengki sehingga mahu dihilangkan nikmat dan kelebihan yang dimiliki.
orang lain.
-Dendam.
-Merasa panjang umur.
-Panjang angan-angan terhadap dunia
-Riya' yang tercela.
-Ujub (merasa sempurna)
-Cintakan penghormatan,kemasyhuran dan pujian.
-Putus asa.
-malas beribadah.
-Mencintai makhluk seperti wanita,isteri, suami dan anak-anak melebihi Allah dan Rasul.
-Sentiasa resah dan gelisah.
-Tiada keyakinan dan penyerahan kepada Allah.
-Banyak menghabiskan masa pada perkara yang melalaikan.
-Takut kepada kematian.
-Asyik dengan dunia.
-

Monday, July 26, 2010

Hazrat Shah Niaz R.A.

Hazrat Shah Niaz R.A.

English translation:

I see neither my body nor my soul,
I see only you as my inward being and outward being.

Wheresoever I look and whatsoever I see,
I see only the vision of God.

That which come into being is nothing but the real in itself,
I see only one current of existence running everywhere.

If any worldly object is dear other than the real,
I regard it as imaginary and illusory.

Syair Urdu

I saw my beloved in all I saw,
At times revealed, hidden at times.

Been familiar with the issue of faith,
I saw the face of my beloved in all I saw.

At times a possibility, at times imperative,
At times ephemeral, at times eternal.

Inspired by the wish to see Himself,
He made Himself into every form.

He is the one who sees and hears
I saw no one other then Him.

Laughed gleefully through blooming flowers,
Crooned in nightingale's melodious songs.

He took the forms of the candle and the moth,
And annihilated Himself in flames of His own.

At times claiming "I am the Truth",
Witnessed his head raised on the Cross.

O 'Niyaz' He was beyond the bounds of `You' and `Me',
And yet I see Him in every `You' and `Me'.

At times he behaved like unfamiliar,
At timed I found him familiar with the face.

At times he is the emperor in power,
At times seen with a mendicant's begging bowl.

At times, a devout worshipper,
Lord of rakes and drunkards at times.

At times in the beloved's attire,
He was seen throwing up His charms.

At times as a lover like 'Niyaz',
He was seen beating his breast and heart aflame.

Asghar Hussain

Asghar Gondvi



English translation:

When extension was given to beauty, courage was given to love,
Which can't be achieved & can't be forgotten, that issue was given to me.

Taking the wine cup in his hand he has smiled today,
The mind has become cold (dead) and the soul has been enlightened.

Blemish of love has been taken on heart by loosing happiness of life,
For one fresh flower I threw away the parterre.

Tell me what has this happened, were you also there,
Why there was intoxication in sorrow & the pain gave pleasure?

Now there is no 'I' and there is no universe,
I have mixed the love song with the instrument in such a way.

See the reflection of the beloved's beauty in the mirror of self existence,
By giving the pain of separation he has hidden me from myself.

The heat of the resurrection day and the cry for protection,
The idol worshiper 'Asgar' gave the reference of his ringlets.

Sumber: http://sufipoetry.blogspot.com/

Asghar Hussain 'Asghar' popularly known as Asghar Gondvi was a learned Sufi poet. He was the spritual desciple of Hazrat Qaazi Abdul Ghani R.A.,Asgar believed in the Sufi doctrine of wahdat-ul-wajood or the unity of being and that is prominetly visible in his poetry.Other than his poetry Asghar will always be remembered for his influence on Jigar Muraadabadi.Jigar had great respect for the spritual qualities of Ashgar & considered him as his spritual teacher.
Asghar got Jigar to marry his wife's sister to solve the his personal problems which included the habit of drinking.The relation between the two had great impact on Jigar's poetry, which is visible in the later part of Jigar's Poetry.

Terjemahan Syair Urdu

Whole universe is filled with your light,
Moon and marine life are all your manifestation.

One who is aware of the secrets of Muhammad(S.A.W.),knows
You are the light of every spark,every stone belongs to you.

Every eye is watching only your face,O Beloved!
I find every ear filled with roar of your manifestation.

The heart is filled with the thought that you are everything,
Then how can be your nearness and presence be far from the heart.

I do not like anything then the sight of the extreme truth, O preacher!
You can keep the virgin of paradise and sin for yourself.

The abundance of creation,is infact the manifestation of unity,
Only if one's wisdom can evolve to decipher the truth.

If the expression of Independence occurs from 'Niyaz',
O beloved ! It is only because this human being is filled with your pride.
Bismillah itu mula disebut
Rahman dan Rahim sifat mengikut
Dunialah akhirat nyatalah luput
Jalan hakikat pula diturut

Alhamdulillah pujinya insan
Rabbil Alamin sifatnya Tuhan
Selawat Nabi akhir zaman
Muhammad Amin Abi Burrahman

Jalan yang takzim pula dikata
Atas Nabi junjungan kita
Sahabat yang empat nyatalah serta
Tiada berhenti sekejap masa

Jalan hakikat sangat terbilang
Tiada binasa urat dan tulang
Daging dan darah tiada hilang
Maka sifat itu dibawa pulang

Jikalau sifat kita sudah binasa
Kepada Nabi tiada berjumpa
Segala amalan tiada tiba
Tiada dapat syurga yang baqa

Jangan binasa sifatmu tuan
Tiada berjumpa hamba dengan Tuhan
Hakikat kita tinggal di jalan
Segala amalan menjadi haiwan

Jikalau begitu kita tidak mengkaji
Kepada Nabi mendapat keji
Malaikat tiada membawa wahi
Allah tiada mungkirkan janji

Mengenal Tuhan tak boleh nyata
Kerana tak boleh dipandang mata
Hingga diri jua dicita
Kenal olehmu sifatnya kita

Tatkala Adam dengannya Hawa
Dendam berahi antara keduanya
Nafi dan isbat itulah dia
Kepada kita menjadi rahsia

Cari guru mengenal diri
Yang diamanat olehlah Nabi
Jangan takut penat dan rugi
Asalkan dapat ilmu sejati

Guru yang mursyid hendaklah dicari
Itulah ulama yang mewarisi Nabi
Jika di situ dia mengajari
Di situlah tuan menyerah diri

Wahai sekelian saudaraku
Mengenal waktu biarlah tentu
Jikalau tak kenal waktu itu
Akhirnya kamu menyembah batu

Waktu kita di alam roh
Berkata Allah kepada nyawa
Bukankah Aku Tuhanmu segala?
Betullah itu Tuhan katanya nyawa

Jadi olehmu mursyid yang utama
Yang sebenar makrifah boleh dibawa
Seperti badan dengannya nyawa
Dunia akhirat bersama-sama

Hakikat makrifat menyucikan badan
Air maal hayat yang menjalankan
Zikrullah yang diasyikkan
Kurangkan tidur ataupun makan

Jalan hakikat bukan kepalang
Jalan disuluh semuanya terang
Zahir dan batin semuanya lapang
Kerana Sir yang Empunya pandang

Wahai saudaraku dengarlah tuan
Yang sebenar hidup itu katanya Tuhan
Kuntum yang tujuh di situlah tersimpan
Itulah pakaian Wali Sembilan

Kuatnya tubuh itulah nyawa
Sekalian yang zahir takluk padanya
Syurga yang tujuh dia yang punya
Kepada kita menjadi rahsia

Jalan hakikat sangat terpilih
Hendaklah tahu asalnya benih
Nafi di dalam hati yang putih
Makrifat kita barulah jernih

Adapun sifat makni tidak bersekutu
Sifat Allah namanya itu
Tiada boleh bandingkan sesuatu
Wujud Allah namanya itu

Tuntutlah ilmu walau di mana
Amal dan ilmu tiada terhingga
Amal tanpa ilmu diazab kita
Di akhirat tiada berguna

Kejadian kita dari air yang lazat
Cahayanya seperti kilat
Tatkala asyik tiada ingat
Barulah ada junub dan janabat

Di wadi mani manikam
Asalnya ia daripada kalam
Dengan kudrat Tuhan Khaliqul Alam
Yang menjadikan tubuh anak Adam

Jikalau begitu kita tidak mengkaji
Kepada Tuhan mendapat keji
Malaikat tiada membawa wahi
Allah tiada mungkirkan janji

Jika tariqat hendak dibawa
Carikan guru akan petuanya
Supaya kita jangan bertuhankan nyawa
Hakikat kita tiada derhaka

Syarat rukunnya sudah diketahui
Sah batalnya demikian lagi
Amal diterima Tuhan Ilahi
Syarat rukunnya sudah diketahui

Siapa beramal dengan jahalnya
Tiada tahu sah batalnya
Amal tiada diterima Tuhannya
Di dalam neraka kekallah ia

Wahai sekelian saudara-saudaraku
Mengenal Ka'abah biarlah tentu
Jikalau tak kenal Ka'abah itu
Akhirnya kamu menyembah batu

Wahai saudara tua dan muda
Fikirkanlah kamu sentiasa
Janganlah seperti orang yang buta
Tinggal ilmu mencari harta

Hidup tiada ingat akan mati
Bersukaria sepanjang hari
Hanya harta dapatkan diri
Tiga lapis kain kafan saja Ia beri

Jalan hakikat bukan kepalang
Jalan disuluh semuanya terang
Jikalau hati syak dan waham
Cahaya yang terang menjadi kelam

Wahai sekalian saudara-saudaraku
Jalan hakikat demikianlah itu
Jikalau boleh pintalah selalu
Jangan binasa sifatmu itu

Hati yang mukmin suci dan ikhlas
Laksana air di dalam gelas
Cuci hatimu seperti kapas
Makrifah kita barulah jelas

Syariat itu martabatnya tinggi
Yang dipakai oleh Sayyidina Ali
Barangsiapa dapat asalnya jadi
Yang bergantung tiada bertali

Syariat tariqat terlalu mulia
Itulah pakaian Wali Ambiyya
Barangsiapa dapat asalnya
Bolehlah membawa badan serta nyawa

Berhati hati ketika berjalan
Takut kaki terpijak duri
Belajar baik baik jalan Ketuhanan
Jangan sampai bertuhankan diri

Baik baik menebang buluh
Buluh ditebang dikerat kerat
Hati hati mengenal tubuh
Didalam tubuh adanya sifat

Kepala mu adalah Tangga

Hari ini kulihat Sang Tercinta, seri semarak segala perkara itu; Ia lepas menuju ke langit bagai ruh Mustafa. 1)

Karena wajah-Nya, matahari menjadi malu, daerah langit terharu-biru sekacau kalbu; lantaran cerlangnya, air dan tanah lempung lebih bercahaya dari api menyala.

Aku berkata, “Berikan padaku tangga, agar aku dapat naik ke langit pula.” Jawab-Nya, “kepalamu ialah tangga; purukkan kepalamu lebih rendah dari kakimu.” 2)

Bila kautempatkan kakimu lebih tinggi dari kepalamu, maka kakimu akan berada di atas kepala bintang-bintang; bila kau menyibak angkasa, injakkan kakimu di angkasa, nah, mulailah!

Seratus jalan ke angkasa—langit pun menjadi jelas bagimu; membubunglah kau di setiap samar fajar ke langit raya, bagai sebuah doa. 3)


Jalaluddin Rumi

: : : : : : : :

K e t e r a n g a n :

1) Rujukan pada Mi’raj Nabi Muhammad. Mustafa adalah panggilan untuk Beliau.
2) Sujud
3) Q.S. Adz-Dzâriyât [51] : 18), “Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).”

* Terjemahan oleh Hartojo Andangdjaja, dari Rumi, Jalaluddin; Kasidah Cinta, 1982: Budaya Jaya.

Catatan Tuhan

Kalam Loh Mahfuz mencatat…
Dan sesudah mencatat…
Lagi mencatat…
Segala doa dan ikhtiar…
Tidak dapat memadamkan catatan Ilahi….
Biarpun hanya sekerat baris……..
Pun seberapa banyak air mata….
Sepatah pun tidak akan terhakis…..
Catatan Tuhan Yang Maha Menyayangi.

~ Umar Khayyam ~

Tujuan Penciptaan

Tujuan Penciptaan

Alasan dunia ini diciptakan adalah untuk mengungkapkan
apa yang harus diketahui.

Dia menciptakan apa yang diketahuiNya
tanpa kelahiran dan rasa sakit,
engkau tidak dapat bermalas-malas barang sekejap
sampai hakikat dirimu diketemukan pada saatnya.

Perjuangan dan kerja yang kau lakukan dengan tekun
adalah jalan menuju pengungkapan hakikat diri

Tubuhmu adalah poros yang terus berputar
Karena otakmu terus menarik benang.
Kedua dunia berada dalam peristiwa kelahiran
dan rasa sakitnya
Sebabnya adalah ibu, akibatnya adalah anak.
Angkatan demi angkatan manuisa mengulanginya,
Hanya mata yang dicerahkan
melihat rantai peristiwa ini.

- Jalaludin Rumi
Dipetik dari blog:
http://penyair.wordpress.com/category/jalaluddin-rumi/

Sunday, July 25, 2010

Syair Serba Empat

Syair ini menurut cerita dari mulut ke mulut berasal dari seorang Datu di tanah Banjar (Kalimantan Selatan) bernama DATU SANGGUL di sekitar abad ke - 18 Masehi. Dikutip dari tulisan lama tanpa nama dan tanpa tanggal (tarikh) yang diperkirakan sudah berusia ratusan tahun.

Syair SARABA AMPAT mengisyaratkan kedalaman pengetahuan si-Penyair dengan gaya bahasa daerah menurut zamannya, ditambah pula dengan "raqam" untuk menambah kejelasan terhadap syair tersebut. Sekurang-kurangnya dalam mengacu kepada penelitian dan pengkajian yang lebih mendalam atau kemungkinan sebagai bahan bandingan.

SARABA AMPAT

Allah jadikan saraba ampat
Syariat Thoriqat Hakikat Makrifat
Menjadi satu di dalam khalwat
Rasanya nyaman tiada tersurat

Huruf Allah ampat banyaknya
ALIF `itibar dari pada Zat-Nya
LAM AWAL dan AKHIR sifat dan asma
HA isyarat dari ap`al-Nya

JIBRIL - MIKAIL malaikat mulia
Isyarat sifat JALAL dan JAMAL
IZRAIL - ISRAFIL rupa pasangannya
`Itibar sifat QAHAR dan KAMAL

JABAR - AIL asal katanya
Bahasa Suryani asal mulanya
Kebesaran Allah itu artinya
JALALULLAH bahasa Arabnya

NUR MUHAMMAD bermula nyata
Asal jadi alam semesta
Saumpama api dengan panasnya
Itulah Muhammad dengan Tuhannya.

Api dan banyu tanah dan hawa
Itulah dia alam dunia
Menjadi awak barupa rupa
Tulang sungsum daging dan darah

Manusia lahir ke alam insan
Di alam Ajsam ampat bakawan
Si TUBANIYAH dan TAMBUNIYAH
URIAH lawan Si CAMARIAH

RASA dan AKAL, DAYA dan NAFSU
Didalam raga nyata basatu
AKU meliputi segala liku
Matan hujung rambut ka ujung kuku

TUBUH dan HATI, NYAWA - RAHASIA
Satu yang zhohir amat nyatanya
Tiga yang batin pasti adanya
ALAM SHOGHIR itu sabutnya

MANI-MANIKAM-MADI dan MADZI
Titis manitis jadi manjadi
Si Anak Adam balaksa kati
Hanya tahu Allahu Rabbi

Ka-ampat ampatnya kada tapisah
Datang dan bulik kepada Allah
Asalnya awak dari pada tanah
Asalpun tanah sudah disyarah

Dadalang Simpur barmain wayang
Wayang asalnya si kulit kijang
Agung dan Sarun babun dikancang
Kaler bapasang di atas gadang

Wayang artinya si bayang-bayang
Antara kadap si lawan tarang
Samua majaz harus dipandang
Simpur balalakun hanya saorang

SAMAR, BAGUNG si NALAGARING
Si JAMBULITA suara nyaring
ampat isyarat amatlah panting
Siapa handak mencari haning

Syair ini berbahasa Melayu-Banjar. Kalau memang benar bahwa syair ini adalah dari Datu Sanggul (panggilan untuk seorang Auliya di masa itu dengan sebutan Datu) maka bila dihubungkan dengan kegemaran beliau "menyanggul binatang" (menunggu binatang buruan) sambil bersenandung kecil, yang juga kedudukan beliau yang diberikan sebutan oleh masyarakatnya sebagai seorang Waliullah, maka syair dalam nada-nada Ke-Tuhanan itu cenderung untuk mengakui bahwa syair itu dari beliau. Sepanjang kisah, bila beliau menginginkan binatang buruan untuk makanan anak kampung/desa, beliau cukup "menyanggul" (menunggu) datangnya binatang buruan yang menyerahkan dirinya sebagai korban, sambil bersenandung dengan syair-syair Ke-Tuhanan. Ada sementara catatan bahawa nama asli beliau adalah ABDUL JALIL (Syekh Abdul Jalil)

Arti kata-kata dalam syair:

Khalwat = dzikir/ibadat ditempat yang sepi

Banyu = air

Awak barupa-rupa = tubuh yang bermacam bentuk/rupa

Di Alam Ajsam ampat bakawan = diperut ibu sudah berbentuk manusia dan bersama dengan empat kejadian yang lain

Tubaniah = air ketuban

Tambuniah = Tembuni

Uriyah = ari-ari/uri

Camariah = darah yang mengiringi kelahiran anak

Basatu = bersatu

Segala liku = segala ruang

Matan = dari

Sabutnya = namanya

Balaksa kati = angka yang tak terbatas

Laksa = 10.000

Kati = 100.000

Kada Tapisah = tidak terpisah

Sudah disyarah = sudah dijelaskan

Dadalang Simpur = Dalang yang bernama Simpur

Agung = gong

Sarun = saron

Babun dikancang = genderang dikencangkan talinya

Kaler = kain layar untuk bermain wayang

Gadang = batang pisang

Antara kadap silawan tarang = antara gelap dan terang

Majaz = bayang (arab)

Saurang = sendiri

Balalakun = berbuat sekehendaknya

Samar = Semar

Bagung = Bagong

Nalagaring = Gareng

Jambulita = Petruk

Haning = hening

Syair Perahu

Inilah gerangan suatu madah
mengarangkan syair terlalu indah,
membetuli jalan tempat berpindah,
di sanalah i’tikat diperbetuli sudah.

Wahai muda kenali dirimu,
ialah perahu tamsil tubuhmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat jua kekal diammu.

Hai muda arif-budiman,
hasilkan kemudi dengan pedoman,
alat perahumu jua kerjakan,
itulah jalan membetuli insan.

Perteguh jua alat perahumu,
hasilkan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh di situ,
supaya laju perahumu itu.

Sudahlah hasil kayu dan ayar,
angkatlah pula sauh dan layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
niscaya sempurna jalan yang kabir.

Perteguh jua alat perahumu,
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah di sana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.

Muaranya dalam, ikanpun banyak,
di sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti tombak
ke atas pasir kamu tersesak.

Ketahui olehmu hai anak dagang
riaknya rencam ombaknya karang
ikanpun banyak datang menyarang
hendak membawa ke tengah sawang.

Muaranya itu terlalu sempit,
di manakan lalu sampan dan rakit
jikalau ada pedoman dikapit,
sempurnalah jalan terlalu ba’id.

Baiklah perahu engkau perteguh,
hasilkan pendapat dengan tali sauh,
anginnya keras ombaknya cabuh,
pulaunya jauh tempat berlabuh.

Lengkapkan pendarat dan tali sauh,
derasmu banyak bertemu musuh,
selebu rencam ombaknya cabuh,
La ilaha illallahu akan tali yang teguh.

Barang siapa bergantung di situ,
teduhlah selebu yang rencam itu
pedoman betuli perahumu laju,
selamat engkau ke pulau itu.

La ilaha illallahu jua yang engkau ikut,
di laut keras dan topan ribut,
hiu dan paus di belakang menurut,
pertetaplah kemudi jangan terkejut.

Laut Silan terlalu dalam,
di sanalah perahu rusak dan karam,
sungguhpun banyak di sana menyelam,
larang mendapat permata nilam.

Laut Silan wahid al kahhar,
riaknya rencam ombaknya besar,
anginnya songsongan membelok sengkar
perbaik kemudi jangan berkisar.

Itulah laut yang maha indah,
ke sanalah kita semuanya berpindah,
hasilkan bekal kayu dan juadah
selamatlah engkau sempurna musyahadah.

Silan itu ombaknya kisah,
banyaklah akan ke sana berpindah,
topan dan ribut terlalu ‘azamah,
perbetuli pedoman jangan berubah.

Laut Kulzum terlalu dalam,
ombaknya muhit pada sekalian alam
banyaklah di sana rusak dan karam,
perbaiki na’am, siang dan malam.

Ingati sungguh siang dan malam,
lautnya deras bertambah dalam,
anginpun keras, ombaknya rencam,
ingati perahu jangan tenggelam.

Jikalau engkau ingati sungguh,
angin yang keras menjadi teduh
tambahan selalu tetap yang cabuh
selamat engkau ke pulau itu berlabuh.

Sampailah ahad dengan masanya,
datanglah angin dengan paksanya,
belajar perahu sidang budimannya,
berlayar itu dengan kelengkapannya.

Wujud Allah nama perahunya,
ilmu Allah akan [dayungnya]
iman Allah nama kemudinya,
“yakin akan Allah” nama pawangnya.

“Taharat dan istinja’” nama lantainya,
“kufur dan masiat” air ruangnya,
tawakkul akan Allah jurubatunya
tauhid itu akan sauhnya.

Salat akan nabi tali bubutannya,
istigfar Allah akan layarnya,
“Allahu Akbar” nama anginnya,
subhan Allah akan lajunya.

“Wallahu a’lam” nama rantaunya,
“iradat Allah” nama bandarnya,
“kudrat Allah” nama labuhannya,
“surga jannat an naim nama negerinya.

Karangan ini suatu madah,
mengarangkan syair tempat berpindah,
di dalam dunia janganlah tam’ah,
di dalam kubur berkhalwat sudah.

Kenali dirimu di dalam kubur,
badan seorang hanya tersungkur
dengan siapa lawan bertutur?
di balik papan badan terhancur.

Di dalam dunia banyaklah mamang,
ke akhirat jua tempatmu pulang,
janganlah disusahi emas dan uang,
itulah membawa badan terbuang.

Tuntuti ilmu jangan kepalang,
di dalam kubur terbaring seorang,
Munkar wa Nakir ke sana datang,
menanyakan jikalau ada engkau sembahyang.

Tongkatnya lekat tiada terhisab,
badanmu remuk siksa dan azab,
akalmu itu hilang dan lenyap,
(baris ini tidak terbaca)

Munkar wa Nakir bukan kepalang,
suaranya merdu bertambah garang,
tongkatnya besar terlalu panjang,
cabuknya banyak tiada terbilang.

Kenali dirimu, hai anak dagang!
di balik papan tidur telentang,
kelam dan dingin bukan kepalang,
dengan siapa lawan berbincang?

La ilaha illallahu itulah firman,
Tuhan itulah pergantungan alam sekalian,
iman tersurat pada hati insap,
siang dan malam jangan dilalaikan.

La ilaha illallahu itu terlalu nyata,
tauhid ma’rifat semata-mata,
memandang yang gaib semuanya rata,
lenyapkan ke sana sekalian kita.

La ilaha illallahu itu janganlah kaupermudah-mudah,
sekalian makhluk ke sana berpindah,
da’im dan ka’im jangan berubah,
khalak di sana dengan La ilaha illallahu.

La ilaha illallahu itu jangan kaulalaikan,
siang dan malam jangan kau sunyikan,
selama hidup juga engkau pakaikan,
Allah dan rasul juga yang menyampaikan.

La ilaha illallahu itu kata yang teguh,
memadamkan cahaya sekalian rusuh,
jin dan syaitan sekalian musuh,
hendak membawa dia bersungguh-sungguh.

La ilaha illallahu itu kesudahan kata,
tauhid ma’rifat semata-mata.
hapuskan hendak sekalian perkara,
hamba dan Tuhan tiada berbeda.

La ilaha illallahu itu tempat mengintai,
medan yang kadim tempat berdamai,
wujud Allah terlalu bitai,
siang dan malam jangan bercerai.

La ilaha illallahu itu tempat musyahadah,
menyatakan tauhid jangan berubah,
sempurnalah jalan iman yang mudah,
pertemuan Tuhan terlalu susah.

~ Hamzah Fansuri

Saturday, July 24, 2010

Himpunan Puisi dan Artikel Ketuhanan


Tiada siapa yang dapat menelah selama mana seseorang itu dapat hidup di dunia ini. Satu hari kita akan dijemput pulang ke tempat asal kita. Tidak patut kita bersedih untuk kembali ke kampung halaman asal kita. Sementara hayat dikandung badan marilah kita bersama-sama berkongsi puisi-puisi ketuhanan. Ada yang menuntut renungan yang mendalam dan ada yang mungkin sukar difahami maksudnya. Saya akan memetik puisi berkenaan dari pelbagai sumber dan seberapa yang boleh memohon izin.Bagaimanapun jika sukar untuk menghubungi tuan empunya sumber saya akan meletakkan kredit kepada tuan empunya sumber.